Assalamu'alaikum Wr Wb

Kamis, 08 April 2010

Agar Kerja Bernilai Ibadah


Manusia hidup butuh bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Islam bahkan mengajarkan umatnya untuk giat bekerja dan mencari rezeki. Rasulullah saw bersabda, “Tiada seseorangpun makan makanan, yang lebih baik daripada dia makan dari (hasil) pekerjaan tangannya. Sesungguhnya Nabi Daud as, makan dari (hasil) pekerjaan tangannya.” (HR Al-Bukhari)
Suatu ketika Rasulullah saw berkata kepada para sahabatnya, “Sesungguhnya diantara dosa-dosa, ada satu dosa yang tidak bisa dihapus oleh shalat, tidak pula oleh puasa, tidak pula oleh haji dan tidak pula oleh umrah.” Para sahabat kemudian bertanya, “Lantas apa yang bisa menghapusnya, Wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Keprihatinan dalam mencari rezeki.” (HR Ath-Thabrani)
Supaya bekerja bernilai sebagai ibadah, ada beberapa faktor yang harus dipenuhi, yaitu:
1- Menghadirkan Niat Tatkala Bekerja
Niat adalah ruh dan pondasi amal. Amal perbuatan seorang muslim tidak akan mendapatkan pahala, kecuali atas apa yang diniatinya. Rasulullah saw bersabda,“Adapun amal tergantung dari niatnya, dan setiap manusia akan mendapatkan apa yang dia niati.” (HR Al-Bukhari). Niat tidak hanya terbatas dalam ibadah saja, akan tetapi mencakup transaksi jual beli, bekerja, dan sebagainya. Dengan niat sesuatu yang mulanya adalah mubah bisa bernilai menjadi ibadah. Setiap muslim yang bekerja mengais rejeki di bidang pertanian, industri, perdagangan, dsb … akan memperoleh pahala ibadah dan pekerjaannya itu termasuk jihad fi sabilillah, manakala pekerjaan yang dia lakukan diniati supaya dirinya terjaga dari barang haram, tercukupi dengan barang halal dan terpenuhi kebutuhan keluarganya.
Suatu ketika Nabi dan para sahabat melihat ada seorang laki-laki yang ulet sekali dalam bekerja. Tiba-tiba ada salah seorang sahabat yang angkat bicara, “Wahai Rasulullah, andai saja keuletannya dipergunakan di jalan Allah.” Rasulullah menjawab, “Apabila dia keluar mencari rezeki karena anaknya yang masih kecil, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena kedua orang tuanya yang sudah renta, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena dirinya sendiri supaya terjaga harga dirinya, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena riya’ dan kesombongan, maka dia di jalan setan.” (Al-Mundziri, At-Targhîb wa At-Tarhîb)
2 – Mengamban Tugas Untuk Memakmurkan Bumi
Manusia adalah khalifah (wakil) Allah yang harus mengelola apa yang ada di muka bumi ini. Seorang muslim hendaknya menyadari bahwa dia mengemban tugas penting tersebut, sehingga harus bekerja secara optimal. Adapun hasilnya sepenuhnya dipasrahkan kepada Allah.
Karena tugasnya sebagai khalifah Allah, seorang muslim harus menyadari bahwa harta yang didapatkan adalah titipan yang suatu hari harus dikembalikan dan dipertanggunjawabkan. Rasulullah saw bersabda, “Telapak kaki anak Adam senantiasa berada di sisi Tuhannya pada Hari Kiamat, hingga dia ditanya atas lima perkara: Tentang umurnya untuk apa dia habiskan; tentang masa mudanya untuk apa dia pergunakan; tentang hartanya darimana dia dapatkan dan ke mana dia belanjakan; dan tentang ilmunya apa saja yang telah dia amalkan. (HR Tirmidzi)
3 – Bersungguh-sungguh dalam Mencari Rezeki
Segala sesuatu butuh kesungguhan agar mencapai hasil maksimal. Begitu pula dalam urusan bekerja. Seorang muslim harus memiliki kesungguhan dalam bekerja mencari rezeki, sedangkan hasil yang akan diperoleh sepenuhnya dipasrahkan kepada Allah. Karena hanya Allah yang mengatur seberapa besar rezeki seseorang.
Orang yang bersungguh-sungguh dalam bekerja, juga akan mendapatkan sesuatu yang berharga berupa ampunan dari Allah. Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang sore harinya disibukkan dengan pekerjaan tangannya, maka sore harinya diampunkan (dosanya).“
4 – Ridha Atas Rejeki yang Diberikan Allah
Salah satu rukun iman adalah ridha atas qadha qadar yang telah ditetapkan Allah, baik yang menyenangkan maupun yang terasa pahit. Seorang muslim hendaknya memiliki keyakinan bahwasanya apa yang diberikan oleh Allah adalah yang terbaik baginya. Apabila mendapatkan rezeki yang sedikit, hendaknya tetap bersabar, dan kesabarannya itu akan berbuah pahala di akhirat. Begitu pula ketika mendapatkan rezeki yang banyak, hendaknya bersyukur kepada Allah dan membelanjakan harta itu untuk berjuang di jalan Allah. Dengan demikian dia juga akan mendapatkan pahala yang besar kelak di Hari Kiamat.
Rasululah saw bersabda, “Sungguh mengagumkan perilaku orang mukmin. Seluruh perilakunya berupa kebaikan, dan hal itu hanya terjadi pada orang mukmin. Apabila dia mendapat kebahagiaan, dia bersyukur, maka itu menjadi kebaikan baginya. Dan apabila dia ditimpa kesusahan, dia tetap bersabar, maka itu menjadi kebaikan baginya.” (HR Muslim).
5 – Mengaitkan Aktivitas Sehari-Hari Dengan Zikir Ekonomi
Dunia adalah tempat bercocok tanam yang hasilnya akan dipanen di akhirat kelak. Setiap manusia akan diminta pertanggungjawaban atas hartanya, darimana dia dapatkan dan ke mana dia belanjakan. Dari sini tampak betapa pentingnya menghubungkan perilaku sehari-hari dengan ibadah. Dalam hal ini, orang yang bekerja hendaklah melakukan zikir ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, zikir ekonomi merupakan sarana yang sangat baik untuk mengingat Allah, melipatgandakan amal kebajikan, menghapus amal buruk, memberikan motivasi dalam bekerja, melapangkan rejeki dan mewujudkan keberkahan atas hasil usaha.
Maksud dari zikir ekonomi adalah seorang yang bekerja, senantiasa berzikir dan berdoa dalam aktivitas kesehariannya. Dari mulai dia bangun pagi, kemudian berwudhu, shalat Subuh berjamaah, ketika hendak berangkat kerja, ketika berada di tempat kerja, dan setelah bekerja hingga menutup mata untuk tidur. Semua aktivitas itu harus diiringi dengan zikir dan doa. Dengan demikian, hari-harinya diisi dengan tetap mengingat Allah swt, sehingga apa yang dikerjakannya dan hasil yang didapatkannya mendapatkan ridha dari Allah swt.
Salah satu bentuk zikir ekonomi adalah ketika seorang muslim mendapat harta lantaran seseorang, dia akan berucap kepada orang itu, “Semoga Allah memberkati keluarga dan hartamu.”(HR Al-Bukhari). Jika suatu ketika dirinya terlilit hutang dan ingin melunasinya, maka dia berdoa, “Ya Allah, cukupilah aku dengan rejeki halal-Mu, jauh dari rejeki haram-Mu. Dan cukupkanlah diriku dengan anugerah-Mu, jauh dari selain diri-Mu.” (HR At-Tirmidzi).
Apabila musim paceklik menimpa, maka berdoalah, “Ya Allah turunkanlah kami hujan yang membantu, yang mengenakkan, yang menyuburkan, yang membawa manfaat, secepatnya dan tidak ditunda.” (HR At-Tirmidzi).
Ketika ditimpa musibah, hendaknya berdoa “Ya Allah, tiada kemudahan kecuali sesuatu yang Engkau jadikan mudah. Dan Engkau menjadikan kesusahan, jika Engkau ingankan (maka menjadi) kemudahan.”(HR Ibnu Hibban).
-- Zafira --
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Agar Kerja Bernilai Ibadah"

Posting Komentar